chatwithamelia.xyz - Senegal sebagai harapan terakhir benua Afrika di Piala Dunia 2018 boleh saja tersingkir di Samara Arena, Jumat (6/7/2018) lewat hasil minor di pertandingan terakhir grup H, namun faktanya darah Afrika justru menjadi juara Piala Dunia 2018.
Setidaknya ada darah Afrika yang mengalir di 15 pemain dalam skuad Prancis sang Juara Piala Dunia 2018. Mereka diantaranya, Samuel Umtiti lahir di Kamerun, Steve Mandanda lahir di Republik Demokratik Kongo. Orang tua Paul Pogba berasal dari Guinea, N' Kante dari Mali.
Orang tua Blaise Matuidi berasal dari Angola dan datang ke Prancis melalui Republik Demokratik Kongo. Kylian Mbappe memiliki ibu Aljazair dan ayah Kamerun. Presnel Kimpembe dan ayah Steven Nzonzi adalah orang-orang Kongo. Ayah Corentin Tolisso berasal dari Togo.
Baca Juga: Pele Ucapkan Selamat Datang Kylian Mbappe
Berikut daftarnya:
Setelah kemenangan 4-3 atas Argentina di babak 16 besar, Kimpembe memposting sebuah video di Instagram yang menunjukkan para pemain seperti Pogba, Benjamin Mendy dan Antoine Griezmann menari sambil diiringi lagu "Seka Seka" ciptaan seniman Kongo, DJ Marechal di pesawat membawa mereka kembali ke base camp.
Musik Afrika telah diputar di latar belakang sepanjang perjalanan Piala Dunia Prancis, bahkan meluas ke stadion. Lagu yang dimainkan setiap kali Prancis mencetak gol adalah "Magic in the Air" oleh band asal Pantai Gading, Magic System. Lagu ini dipilih sebagai lagu resmi suporter sebelum turnamen oleh Federasi Sepakbola Prancis.
Baca Juga: Modric Pemain Terbaik, Mbappe Pemain Muda Terbaik Piala Dunia
Hubugan antara Afrika-Prancis ini menjadikan mereka banyak disebut "tim keenam" Afrika di Piala Dunia FIFA 2018 , selain Mesir, Maroko, Nigeria, Senegal, dan Tunisia. Bahkan mereka sering disebut "Pan-Afrika".
Beberapa jurnalis mengatakan banyak orang Afrika menyukai Prancis, seperti di Yaounde (ibu kota Kamerun) disana kebanyakan orang menjagokan Prancis setelah Afrika tidak mempunyai wakil lagi di babak 16 besar.
"Orang cenderung tertarik pada tim nasional Prancis. Mereka mengakui diri mereka bagian dari tim itu. Samuel Umtiti saat semifinal meningkatkan gairah orang disini untuk Prancis," kata Njie Enow Ebai, jurnalis Radio Kamerun.
Baca Juga: Hugo Lloris dan Deretan Kiper Blunder di Piala Dunia 2018
Di Senegal, minat tim nasional Prancis membentang kembali selama setengah abad. Dukungan terhadap timnas Prancis sudah tumbuh sejak era orang tua mereka pada 1950-an.
"Banyak pesepakbola Senegal pada saat itu memiliki nama panggilan seperti Kopa (Raymond Kopa), Fontaine (Just Fontaine), Marche (Roger Marche), Ujlaki (Joseph Ujlaki) atau Jonquet (Robert Jonquet)," kata jurnalis asal Mali, Amadou Alhousseini Toure.
Sementara di Mali, penggemar sepak bola telah bersatu mendukung Mbappe dan Prancis setelah sebelumnya terpecah. Orang-orang di Bamoko (Ibu Kota Mali) sebenarnya terbagi antara Barcelona dan Real Madrid yang artinya mendukung Lionel Messi (Argentina) dan Cristiano Ronaldo (Portugal), namun keduanya angkat koper lebih cepat.
Baca Juga: Grup Band Anti Pemerintah Rusia Ganggu Final Piala Dunia 2018
"Selama turnamen ini, orang-orang Mali telah menganggap bahwa Afrika diwakili oleh enam negara dan bukan oleh lima. Tim keenam adalah Prancis," jelas Amadou Alhousseini Toure.
Kini 15 pemain tersebut berhasil mengibarkan bendera Prancis di Rusia dan membawa pulang trofi Piala Dunia 2018 ke "tanah air kedua mereka" setelah mengalahkan Kroasia di partai final dengan skor 4-2. Satu diantaranya (Kylian Mbappe) bahkan menjadi pemain muda terbaik Piala Dunia 2018.