chatwithamelia.xyz - N' Kante bisa disebut salah satu pemain yang menuai berkah usai gelaran Piala Dunia 2018 lalu. Tampil apik sepanjang gelaran hingga mampu membawa Prancis meraih kampium paling bergengsi sejagat membuat namanya kian melambung.
Sejumlah klub besar pun dikabarkan gencar membidiknya sebagai buruan di bursa transfer. Tetapi pemain berdarah Mali ini bergeming dan tetap memilih Chelsea sebagai labuhannya, apalagi pemain yang didatangkan The Blues pada 2016 silam dari Leicester City itu sudah meneken kontrak dengan durasi lima tahun.
Untuk menjaga sang pemain agar tak berpindah tangan, Chelsea pun memagari Kante dengan gaji besar. Konon gelandang yang dikenal pemalu ini kini mengantongi gaji sebesar 200 ribu poundsterling atau sekitar Rp 3,7 miliar per pekannya. Nilai ini membuatnya jadi salah satu pemain bergaji tinggi di Chelsea.
Baca Juga: Lionel Messi Keluar Sementara dari Timnas Argentina
Tingginya gaji yang diterima itu sejurus dengan nilai Kante di bursa transfer yang jika ditilik dari transfermarkt, Kante kini bernilai lebih dari 80 juta poundsterling atau berkisar Rp 1,67 triliun yang menempatkannya setara dengan nilai gelandang Manchester United sekaligus rekannya di Timnas Prancis Paul Pogba.
Meski namanya tengah naik daun dan bernilai tinggi, Kante tetaplah sosok yang seperti kebanyakan mengenalnya sejak dulu. Ia tetap menjadi pribadi yang sederhana nan rendah hati.
Konsistensinya untuk tetap menjadi pribadi yang bersahaja dan rendah hati itu ternyata hasil dari tempaan hidup yang selama ini ia hadapi.
Baca Juga: Inilah Tampilan Anyar Cristiano Ronaldo di Gim FIFA19
Dilansir dari Fourfourtwo, Kante besar dari keluarga imigran asal Mali. Ia memiliki empat saudara laki-laki dan 4 saudara perempuan.
Bersama keluarga besarnya, Kante tinggal di sebuah kawasan sub urban kecil dan padat di pinggiran kota Paris. Ia bersama keluarganya menempati sebuah flat kecil di Rueil Malmaison.
Hidupnya berubah selepas sang ayah meninggal. Ketika itu usianya baru 11 tahun.
Baca Juga: Maurizio Sarri Datang, Aturan Conte untuk Skuat Chelsea Dirombak
Untuk menyambung hidup, ia bersama keluarganya harus banting tulang setiap hari. Kante kecil bahkan sempat jadi pemulung. Sementara ibunya menjadi tukang cuci dan bersih-bersih.
"Ayahnya meninggal saat ia masih berusia 11 tahun. Sejak saat itu ia bersama saudara-saudaranya ditempa oleh lika liku kehidupan yang keras. Sejak kecil ia sudah bekerja keras dan belajar bertanggung jawab," terang Julien Laurens seorang jurnalis Prancis yang bekerja untuk Le Parisien dan telah tampil secara teratur di BT Sport Talksport dan ESPN.
Demi untuk mencukupi kebutuhan keluarga, Kante kecil pun bisa dibilang jarang bisa menikmati pertandingan sepakbola di stadion. Sesekali jika ada waktu ia menyaksikan pertandingan sepakbola ketika ada bar atau cafe yang menggelar nonton bareng.
Baca Juga: 3 Alasan Juventus akan Kembali Juarai Serie A Musim 2018/2019
Cita-citanya menjadi pesepak bola muncul ketika banyak bermunculan klub remaja di sekitar tempatnya tumbuh. Ia pun kemudian bergabung dengan salah satu di antara klub itu, yakni JS Suresnes.
Posturnya nan mungil sempat membuat banyak pihak meragukan masa depannya di sepakbola, termasuk Claudio Ranieri yang notabene palatihnya di Leicester City. Namun atas desakan talent scout, Steve Walsh, Ranieri akhirnya berhasil diyakinkan dan mau mengontrak Kante dengan nilai 5,6 juta poundsterling yang diboyong dari Boulogne, sebuah klub yang bisa dibilang tak masuk jajaran elit.
Kante pun mampu menjawab keraguan Ranieri kala melakoni debutnya bersama Leicester City. Ia bisa disebut menjadi salah satu aktor utama keajaiban Leicester City merebut gelar Liga Primer Inggris musim 2016/2017.
Namun seusai mengantarkan Leicester City meraih kampium Liga Primer Inggris, Kante berpisah jalan. Di akhir musim, dia memutuskan menerima pinangan Chelsea dengan nilai melonjak drastis, 32 juta poundsterling.
Di musim pertamanya dengan Chelsea, dia juga menjadi aktor utama penampilan konsisten klub asuhan Antonio Conte.
Kini, di bawah asuhan pelatih anyar Chelsea, Maurizio Sarri, Kante memasuki babak baru dalam karirnya. Eksperimen Sarri yang menempatkannya sebagai gelandang serang terbukti ampuh. Ia menjadi salah satu aktor ketika Chelsea melibas Huddersfield dengan skor 3-0 di pekan awal Liga Primer Inggris musim ini.
Keberhasilannya mencetak gol di awal musim ini tentu jadi pemandangan yang berbeda dibanding musim sebelumnya. Kala itu, di bawah besutan Antonio Conte, ia lebih diposisikan sebagai gelandang bertahan. Namun posisi itu berubah di tangan Sarri terutama setelah hadirnya pemain anyar Jorginho yang memang diplot oleh Sarri sebagai gelandang bertahan.