Bolatimes.com - Oscar Tabarez adalah sebuah anomali. Ketika seorang pelatih dianggap sebagai sosok yang harus dihormati dan didengar baik-baik, Tabarez menjadi sosok yang mengayomi.
Tabarez adalah pelatih, guru, ayah, sekaligus filsuf. Di bawah arahannya, persepak bolaan Uruguay kembali mekar setelah sempat terpuruk akibat digerus kemarahan terpendam yang lahir akibat represi junta militer.
Sosok bernama lengkap Oscar Washington Tabarez ini lahir dan besar di Montevideo. Tabarez memulai karier sebagai pemain profesional saat berusia 20 tahun.
Baca Juga:
6 Manfaat Senam Irama bagi Kesehatan Tubuh dan Mental
Kendati karier itu berlangsung sampai 12 tahun lamanya, Tabarez tidak pernah mendapatkan prestasi mentereng. Akhirnya, pada 1979, ketika usianya menginjak angka 32, Tabarez memutuskan untuk gantung sepatu.
Setelah pensiun, Tabarez tak langsung terjun ke dunia kepelatihan. Dalam jeda selama setahun antara 1979 dan 1980, Tabarez mengajar sejarah di sebuah sekolah dasar. Masa lalu sebagai guru ini yang menjadi alasan mengapa di kemudian hari Tabarez dijuluki El Maestro yang secara harfiah, maestro memang berarti guru.
Pada 1980, Tabarez akhirnya terjun menangani klub terakhir yang dibelanya sebagai pemain, Bella Vista. Setelah tiga tahun, Tabarez menangani Uruguay U-20. Dari sini, rupanya kecintaan Tabarez pada Timnas Uruguay lahir dan membuatnya menjadi bapak pembangunan sepak bola Uruguay.
Baca Juga:
Belgia Pulangkan Eden Hazard, Ada Apa?
Terhitung hingga 2021, Tabarez sudah menjadi pelatih selama 41 tahun. Dari situ, 19 tahun di antaranya dia habiskan sebagai pelatih di level timnas. Setelah menjadi juru taktik Timnas U-20 pada 1983 dan 1987, Tabarez akhirnya ditunjuk untuk menangani Timnas senior pada 1988.
Tabarez sempat bertualang ke Italia untuk melatih Cagliari dan AC Milan, kemudian kembali melatih Uruguay di 2006 hingga sekarang. Dari segi prestasi, Tabarez memang baru memberi satu gelar buat Uruguay yaitu Copa America 2011.
Namun, apa yang dilakukan oleh Tabarez selama 16 tahun terakhir buat sepak bola Uruguay lebih dari itu. Kepada Federasi Sepak Bola Uruguay (AUF), Tabarez memperkenalkan sebuah rencana jangka panjang yang dinamainya Proceso (Proses) untuk membenahi sepak bola peraih Piala Dunia pertama itu.
Baca Juga:
Dikalahkan Afghanistan, Shin Tae-yong: Pemain Masih Banyak Salah Umpan
Prestasi Uruguay juga meningkat. La Celeste tampil di semua Piala Dunia sejak 2010 hingga 2018. Bahkan, pada 2010 di Afrika Selatan, Uruguay tampil gagah berani untuk mencapai semifinal dan finish di posisi 4. Pada 2014, mereka mencapai babak 16 besar dan pada 2018 terhenti di perempat final.
Selain kecerdasaan dan etos kerja keras, satu hal lain yang membikin Tabarez berbeda dari pelatih lain adalah kekeraskepalaannya. Pada 2016 lalu, Tabarez didiagnosis menderita penyakit langka, Sindrom Guillain-Barre (GBS). Pada dasarnya, Sindrom Guillain-Barré adalah penyakit saraf yang menyerang sistem imun.
Dalam GBS, ada kelemahan otot yang terjadi secara cepat yang disebabkan oleh sistem kekebalan yang merusak sistem saraf perifer. Biasanya, kedua sisi tubuh terlibat, dan gejala awalnya adalah perubahan sensasi atau nyeri yang sering terjadi di punggung bersama dengan kelemahan otot, mulai dari kaki dan tangan, sering menyebar ke lengan dan tubuh bagian atas.
Baca Juga:
Profil Ryan Lambert, Pemain Keturunan Terbaru Timnas Malaysia
Kondisi Tabarez sempat memburuk jelang Piala Dunia 2018 sehingga ia membutuhkan tongkat, bahkan kursi roda untuk membantu mobilitasnya.
Banyak yang beranggapan Tabarez akan pensiun setelah gelaran itu, terlebih ia sempat tak mendampingi laga persahabatan Uruguay. Namun, Tabarez bukan sosok mudah menyerah.
Pada September 2018, Tabarez menandatangani kontrak baru dengan Asosiasi Sepak Bola Uruguay (UFA) untuk kembali menjadi pelatih Timnas. Pelatih berusia 74 tahun itu dikontrak sampai 2022.
Berita Terkait
-
Daftar Juara Piala Dunia U-20: Uruguay Raih Gelar Perdana
-
Menang Tipis Lawan Italia, Uruguay Juara Piala Dunia U-20 2023
-
Mengenal Anderson Duarte, Striker Uruguay U-20 yang Pecundangi Israel di Piala Dunia U-20 2023
-
Hasil Piala Dunia 2022 Uruguay vs Korea Selatan: Berlangsung Ketat, Laga Berakhir Imbang 0-0
-
3 Faktor yang Bikin Luis Suarez Gabung Bali United, Salah Satunya Keuangan Klub
-
3 Alasan Luis Suarez Mustahil Merapat ke Bali United dalam Waktu Dekat
-
Viral Darwin Nunez Lakukan Tendangan Ngawur di Sesi Latihan Timnas Uruguay, Netizen Mulai Bertanya Kualitasnya
-
3 Tim Besar yang Diprediksi Angkat Koper Lebih Cepat di Piala Dunia 2022
-
Profil Timnas Uruguay di Piala Dunia 2022, Perpaduan Luis Suarez dengan Darwin Nunez
-
Piala Dunia 2022: Ghana Segrup dengan Uruguay, Aroma Dendam 12 Tahun Silam
Terpopuler
-
RESMI: BRI Liga 1 Musim Depan Terapkan Aturan 8 Pemain Asing, Bebas dari Mana Saja
-
Jadwal Babak 16 Besar Euro 2024, Dibuka oleh Laga Swiss vs Italia
-
Daftar Tim yang Lolos ke Babak 16 Besar Euro 2024, Ada Negara Kejutan
-
Resmi! Shin Tae-yong Tidak akan Hadir di Drawing Kualifikasi Piala Dunia 2026
-
Klasemen Grup A Piala AFF U-16 2024: Indonesia Ditempel Ketat Laos dengan Poin Sama
Terkini
-
Lamine Yamal, Bocah 16 Tahun 362 Hari Cetak Gol di Euro 2024
-
Bek Timnas Indonesia Akan Jaga Striker Italia di Laga Perdana Serie A
-
Jadwal Perempatfinal Euro 2024, Jerman vs Spanyol hingga Portugal vs Prancis
-
Jadwal Babak 16 Besar Euro 2024, Dibuka oleh Laga Swiss vs Italia
-
Dilepas Gratis SC Heerenveen, Media Belanda Bongkar Masa Depan Gelandang Timnas Indonesia
-
Ambisi Granit Xhaka Bisa Semulus Bayer Leverkusen? Percaya Timnas Swiss Juara di Bawah Kendali Murat Yakin
-
BUBUK! Jerman Memang Keterlaluan, Andy Robertson Buka-bukaan Skotlandia Hancur di Laga Pertama Euro 2024 Grup A
-
Ini Tiga Negara yang Baru Bergabung ke Babak Final Euro 2024
-
Jadwal Vietnam vs Indonesia Kualifikasi Piala Dunia Zona Asia Putaran Kedua
-
5 Fakta Menarik Jelang Laga Euro 2024, Tiket Nonton Tahap Pertama Jadi Buruan Suporter