chatwithamelia.xyz - Isu mengenai rasial nyatanya masih saja bergentayangan seperti hantu. Tak hanya di kehidupan sehari-hari tetapi hampir di semua sektor termasuk juga di dunia sepak bola.
Meski hampir setiap pembukaan pertandingan sepak bola kampanye rasial didengungkan, sepertinya isu ini tetap saja bergulir bagai bola panas yang bisa menimpa siapa saja termasuk pemain dengan predikat top sekalipun.
Mesut Ozil adalah contohnya. Ia menjadi salah satu korban rasial yang baru-baru ini dengan terang berani melawannya. Salah satu pemain top Jerman ini bahkan rela keluar dari skuat Der Panzer, lantaran mendapat perlakuan rasial yang tak bertanggungjawab dari para fan usai Jerman tersingkir di Piala Dunia 2018.
Baca Juga: Pensiun Dari Timnas Jerman, Ozil Dapat Dukungan Presiden Turki
Tetapi Ozil tak sendiri, bahkan ada puluhan pemain sepak bola yang berlabel top pun pernah mengalami perlakuan rasial.
Berikut 4 pemain berlabel top yang pernah mendapat perlakukan rasial parah.
Baca Juga: Resmi Datangkan Renan Silva, Persija Lepaskan Ivan Carlos
Gelandang senior asal Ghana ini mendapat perlakukan memalukan di Serie A.
Muntari menjadi korban pelecehan rasis oleh suporter Cagliari ketika timnya, Pescara bertandang ke Sant'Elia pada Mei 2017 lalu.
Karena kejadian ini, Muntari pun memilih tak melanjutkan laga setelah wasit dan ofisial pertandingan memilih tidak melakukan apa-apa untuk menghentikan pelecehan tersebut.
Baca Juga: Ini Hasil Evaluasi PT LIB Seusai Putaran Pertama Liga 1 Berjalan
Tetapi setelah mendekati sang wasit untuk mengajukan komplain terkait pelecehan ini, mantan penggawa AC Milan ini malah diganjar kartu kuning oleh sang pengadil laga, Daniele Minelli.
Secara mengejutkan, baru-baru ini komisi disiplin Serie A malah menjatuhkan sanksi larangan bermain dalam satu laga kepada Muntari karena permasalahan ini.
Dilansir BBC, Komisi disiplin Serie A beralasan bahwa jumlah suporter yang melakukan pelecehan terhadap Muntari tak cukup banyak alias kurang lebih hanya 10 orang. Karena itu tindakan dari ofisial pertandingan tak perlu dilakukan.
Baca Juga: Video - Pemain Persija Ini Ternyata Pernah Kolongi Ronaldinho
Kabar pemberian sanksi kepada Muntari ini dikecam keras oleh persatuan pemain FIFPro. Mereka pun mendesak badan sepakbola Italia untuk mendengarkan keluhan Muntari serta melakukan investigasi terhadap kasus ini.
Pemain top asal Italia itu memiliki karier yang tidak menentu dan lebih dikenal karena kejenakaan di luar lapangan dibanding bakatnya sebagai pesepak bola.
Namun, dia sering jadi sasaran rasialisme karena warna kulitnya. Bagi orang Italia, menjadi subjek pelecehan rasisme bukanlah hal baru karena dia menghadapi hal itu nyaris setiap waktu selama berada di Italia.
Akan tetapi, saat menghadapi pelecehan serupa di Prancis saat bermain imbang 1-1 melawan Bastia, dia mendapat beberapa pertanyaan dari wartawan setempat
"Apakah normal pendukung Bastia membuat suara monyet dan 'eh eh' selama pertandingan dan tidak ada satu pun dari 'komisi disiplin' berbicara?"
Balotelli kemudian menjawabnya, "Jadi apakah rasisme legal di Prancis? Atau hanya di Bastia? Sepak bola adalah olahraga yang luar biasa. Orang-orang seperti pendukung Bastia membuatnya mengerikan," ungkapnya.
Ia bahkan pernah memberikan pernyataan menyentuh kala perlakuan rasial tak henti-henti menerjangnya. Ia pernah berandai-andai jika dirinya berkulit putih, ia meyakini tak akan mendapat banyak masalah seperti sekarang ini.
"Di beberapa stadion, orang-orang meneriakkan Tidak ada orang Italia yang hitam kepada saya. Namun, saya adalah bukti bahwa itu ada. Bahkan jika saya orang Italia, lahir dan tumbuh di Italia, undang-undang menyatakan bahwa saya hanya menjadi orang Italia begitu saya berusia 18 tahun," ucap Balotelli, menukil dari Football Italia.
Striker top nan legendaris asal Kamerun ini bisa disebut sebagai pemain paling sukses yang dihasilkan oleh Afrika.
Mantan penyerang Barcelona ini memiliki sejumlah penghargaan dalam lemarinya, seperti tiga gelar Liga Champions dan medali Emas Olimpiade. Namun, mantan pemain Inter itu juga selalu jadi bahan ejekan dengan isu pelecehan rasisme.
Setelah terus dilecehkan oleh sebagian kecil penggemar Zaragoza pada 2006, Eto'o memutuskan untuk menjauh dari lapangan sebagai tindakan protes. Namun, dia kembali merumput setelah ditenangkan oleh para pemain di kedua tim.
"Saya adalah orang yang berkulit hitam, dan jika seseorang membayar tiket cuma untuk mengejek saya seperti monyet, maka saya akan bertindak seperti monyet," katanya usai pertandingan.
"Dulu saya berpikir bahwa teriakan rasialis ini hanyalah sebuah fase, tapi semakin banyak orang yang terlibat dan itu disesalkan. Kadang saya berpikir, apakah sesuatu akan terjadi pada anak perempuan saya di sekolah? Kita harus menghentikan ini karena suatu hari Anda tidak tahu apa yang mungkin terjadi jauh dari lapangan," kata dia.
Penggawa Timnas Brasil ini pernah mendapat perlakuan rasial yang sangat parah. Ia dilempar pisang saat tengah melakoni pertandingan.
Saat Alves memperkuat Barcelona dan bersiap mengambil tendangan sudut melawan Villarreal, seseorang di antara sekelompok penggemar tuan rumah melempar pisang ke arahnya. Apa yang dia lakukan selanjutnya adalah pemandangan yang mengejutkan.
Alves hanya mengambil pisang itu, mengupasnya dan memakannya. Dia juga dengan sinis mengucapkan terima kasih kepada penggemar yang melemparkan pisang ke arahnya, mengklaim bahwa memakan pisang itu memberinya kekuatan. Dia juga berpendapat bahwa humor adalah cara paling efisien untuk mengatasi rasisme.
"Kami telah menderita soal ini di Spanyol untuk beberapa lama. Anda harus menyikapinya dengan bercanda, tak usah dibawa serius. Sebab, sulit mengubah perilaku seperti ini kalau bukan orangnya itu yang sadar," ungkap Alves usai laga.