chatwithamelia.xyz - Pengaturan skor sedang menjadi perbincangan hangat di sepak bola Indonesia yang mengaitkan klub Liga 1, Persib Bandung. Akan tetapi, hal ini bukan lah hal yang baru di dunia sepak bola. Jauh sebelumnya, sepak bola Inggris pun pernah tercium adanya praktek kotor tersebut.
Kasus pengaturan skor pernah mencoreng sepak bola Inggris beberapa tahun silam, sekitar tahun 2012-2013. Pada saat itu wartawan investigasi dari media Daily Telegraph sendiri berhasil mengungkap modus yang dijalankan para pelaku untuk membuat sebuah pertandingan berjalan sesuai keinginan.
Melansir dari Metro.co.uk, kejadian pada saat itu menyebabkan enam orang, tiga orang di antaranya adalah pesepak bola berhasil ditangkap. Setelah ditelusuri, mereka merupakan kaki tangan dari sindikat pengatur skor yang berbasis di Asia.
Baca Juga: Eks Pemain Timnas Inggris Lakukan Pelecahan Seksual di Kereta Api
Enam orang tersebut ditangkap oleh National Crima Agency (NCA) atau yang disebut sebagai FBI Inggris. NCA sendiri menolak untuk mengungkap nama-nama pelaku tersebut. Tetapi, NCA memastikan tiga pemain yang terlibat dalam praktek kotor itu tidak bermain di Liga Primer, yang merupakan kasta tertinggi di Liga Inggris.
Pada tahun 2012, wartawan investigasi Daily Telegraph juga pernah mencoba menelusuri kegiatan ilegal tersebut. Dengan melakukan penyamaran, tim investigasi berhasil menemukan beberapa fakta mengejutkan terkait modus yang digunakan untuk mengatur skor sebuah pertandingan.
Salah satu pelaku yang berasal dari Singapura pun mengungkapkan bahwa dirinya tidak hanya beroperasi di Inggris. Dia mengaku praktek kotor tersebut sampai ke negara-negara Eropa lainnya dan menyewa pemain asing untuk melancarkan aksinya.
Baca Juga: Raja Gol Liga 1 Resmi Berpisah dengan Suphanburi FC
''Di Inggris biayanya sangat mahal, biasanya uang suap pemain mencapai 70.000 poundsterling atau sekitar Rp 1,3 miliar,'' ungkapnya.
Dalam pengakuan pelaku, ia pernah menerima dua tawaran pengaturan skor untuk sepakbola Inggris. Ia menjelaskan bagaimana rencana untuk menjalankan aksinya tersebut, Pelaku mengaku akan memberitahu para pemain berapa total gol yang dibutuhkannya.
''Jadi saya berbicara kepada mereka. Konfirmasi dobel. Kepada mereka saya katakan 'Ini yang saya mau'. Sebab simpel, saya punya komitmen sendiri dan mereka juga. Jadi katakan berapa gol. Berikan saya setidaknya lima, bisa 3-2, 4-0 atau nol, bagi saya empat sudah cukup,'' tutur pelaku.
Baca Juga: Kejanggalan Penalti PSMP Mojokerto Putra, Pengaturan Skor Liga 2?
Lebih lanjut, pelaku membeberkan bagaimana pengaturan skor dalam sebuah pertandingan dilakukan.
''Jadi di babak pertama, hasilnya harus 2-0 atau 1-1. Itu dua gol. Lebih dari cukup bagi saya. Di babak kedua, juga 2-0. Jadi total menjadi 4-0 atau 3-1. Sejauh total golnya sama,'' imbuhnya.
Selain itu untuk semakin memuluskan aksinya, pelaku juga meminta pemain yang telah menjadi kaki tangannya untuk memberikan sinyal ketika di lapangan. Caranya, pemain tersebut akan sengaja mendapatkan kartu kuning di awal pertandingan.
Baca Juga: Saddil Ramdani Siap Main Saat Persija Jakarta vs Persela Lamongan
Adapaun sinyal tersebut menandakan bahwa laga tersebut bisa diatur. Pemain yang menjadi kaki tangan itu bisa mendapatkan uang tambahan sebesar 5.000 poundsterling atau sekitar Rp 93 juta dari pelaku.
Kasus pengaturan skor memang menjadi masalah besar di dunia sepak bola. Bukan hanya di Inggris, di Indonesia baru-baru ini juga mulai terungkap dugaan adanya prakter kotor di Liga 1 Indonesia.
Praktek ilegal itu tercium pada saat laga PSIS Semarang kontra Persib Bandung pada laga lanjutan Liga 1 Indonesia, Minggu (19/11/2018). Berdasarkan kabar yang beredar, terdapat empat pemain Persib yang terlibat dalam skandal pengaturan skor tersebut.