chatwithamelia.xyz - Hasil imbang 2-2 kala bertandang ke markas Southampton pekan lalu menambah panjang hasil kurang memuaskan Manchester United di musim ini. Kalau performanya masih segitu-segitu saja, bukan tidak mungkin skuat Setan Merah bakal kewalahan menghadapi Arsenal di Old Trafford, Kamis (6/12/2018) dini hari nanti. Dan, jika sudah begitu bermimpi untuk jadi juara Liga Primer Inggris tampaknya akan sirna.
Nasib beruntung menghampiri Manchester United kala bertamu ke markas Southampton pada laga pekan ke-14 Liga Primer Inggris pekan lalu. Menghadapi salah satu penghuni zona degradasi saat ini, skuat asuhan Jose Mourinho dibuat susah payah mengimbangi permainan mereka.
Satu poin dari hasil melawat ke Stadion St Mary's menambah panjang daftar hasil kurang apik Manchester United di musim ini. Catat saja, hingga pekan ini Paul Pogba dkk baru memetik kemenangan sebanyak enam kali, empat kali kalah dan sisanya berakhir imbang.
Baca Juga: Hore...Harga Tiket Nonton Laga Pamungkas Persija Tidak Naik
Akibat hasil yang kurang oke itu, Manchester United saat ini terus merosot ke posisi ke-8 klasemen sementara setelah sebelumnya berada di posisi ke-7.
Pertanyaannya sekarang, masih pantaskah Mourinho dan anak asuhnya memimpikan atau bahkan membicarakan soal peluang menjadi kampium musim ini?
Sebagai gambaran, dengan posisinya saat ini, Manchester United yang mengantongi 22 poin masih berjarak cukup jauh dari pemuncak klasemen sementara Liga Primer Inggris yang tak lain rival sekotanya, Manchester City yakni tertinggal 19 poin.
Baca Juga: Tak Hadir di Acara Ballon d'Or, Ternyata Neymar Asik Main Game
Memang sih, Manchester United punya kisah sejarah nan heroik ketika mampu comeback di Liga Primer Inggris edisi 1992/93, atau kisah comeback lainnya di edisi 2001/2002 dengan menembus peringkat empat besar. Dua tonggak bersejarah itu terjadi di era Sir Alex Ferguson.
Namun, mampukah Mourinho mengikuti jejak tersebut?
Kalau melongok lebih jauh, ada sejumlah faktor yang membuat peluang Manchester United bersama Mourinho tertutup untuk memimpikan jadi juara Liga Primer Inggris musim ini. Apalagi jika beberapa hal ini tak segera teratasi.
Baca Juga: Jakmania Siapkan Aksi Cantik Sambut Laga Pamungkas Persija
Krisis Pemain
Pasifnya Manchester United menyambut bursa transfer musim panas lalu mulai dirasakan dampaknya. Kini ketika sejumlah pemain pilarnya didera cedera, Mourinho pun kelimpungan hingga berakhir antiklimaks.
Kegagalan Manchester United memetik poin dari tim gurem Southampton pekan lalu salah satu faktornya lantaran Mou tak punya solusi efektif ketika kehilangan sejumlah pemain bertahannya.
Baca Juga: 10 Akun Olahraga Paling #RameDiTwitter Selama 2018
Untuk mengakali krisis di posisi bek, pelatih asal Portugal itu memainkan sistem 5-3-2 yang notabene bukan formasi normal untuk Manchester United.
Seperti dilansir dari Express, saat laga menghadapi Southampton sejumlah pemain bertahan Manchester United tengah dijangkiti cedera. Smalling dikabarkan tengah mengalami gangguan di kakinya, sementara Eric Bailly cedera punggung dan Lindelof juga mengalami cedera serius. Praktis Mou hanya memiliki satu bek tengah yang ditumpukan pada Phil Jones.
Jika situasi tersebut tak segera teratasi di kemudian hari, bukan tak mungkin hasil serupa kala menghadapi Southampton bisa terulang atau bahkan bisa lebih buruk, apalagi lawan berikutnya yang bakal dihadapi adalah Arsenal.
Permainan yang membosankan
Dilansir dari setanmerah.net, di bawah arahan Mourinho, gaya permainan Manchester United punya citarasa membosankan saat ditonton.
Tak hanya itu, kondisi pemain yang angin anginan membuat permainan Setan Merah pun menjadi inkonsistensi. Hal ini setidaknya sempat diungkapkan Mou beberapa waktu lalu.
''Saat anda melihat usaha hebat para pemain yang menunjukkan rasa hormat dan semangat membela klub tentu anda yakin mereka memilikinya. Namun beberapa laga kadang menunjukkan kepribadian yang berbeda dari mereka sehingga anda menjadi begitu frustrasi,'' terangnya seperti dikutip dari laman resmi klub.
Menurunnya catatan apik manajer
Menjadi sebuah pertanyaan: Apakah waktu secara bertahap dapat mengubah Mourinho, dari pria dengan gagasan segar menjadi lebih banyak ketenangan di touchline? Atau Apakah ia telah meniru orang lain untuk membuat metode tepercaya yang sama sekali kurang efektif?
Kedua hal tersebut membelenggu situasi Mou saat ini. Jika mengingat kembali, tepat ketika bertanggung jawab atas Chelsea di tahun 2004 sampai dengan akhir 2007, rekornya melawan tim Big Six seperti City, Liverpool, Tottenham, Arsenal dan United, telah menghasilkan 18 kemenangan dari 31 pertandingan dan hanya mengalami empat kekalahan dengan presentase kemenangan hingga 58%.
Dan dalam periode keduanya di Stamford Bridge, hingga akhirnya menjadi orang nomor satu di balik tim Manchester United, meski memenangkan gelar pada musim 2014/2015 saat melawan tim Big Six, Mourinho hanya memperoleh 16 kemenangan dari 40 pertandingan dengan presentase kemenangan hanya 40%.
Apapun pandangan terhadap Mourinho, mungkin yang tampak jelas adalah bahwa metode efektifnya sudah mulai memudar.
Maumu gimana sih Paul Pogba?
Untuk Mourinho dan para pendukung Manchester United, akan sangat mengharapkan Paul Pogba tampil secara konsisten dalam pertandingan besar. Terkadang, ia tidak membuat kehadirannya terasa spesial lagi seperti yang ditunjukkan kala Manchester menghadapi Southampton lalu.
Paul Pogba yang dibebankan tugas sebagai playmaker tidak bisa berbuat apa-apa.
Sebaliknya, ia seperti menjadi titik masalah United. Terhitung sebanyak 14 dari 31 kali Manchester United kehilangan bola berasal dari kakinya. Bahkan satu dari sekian banyak bola yang hilang dari kaki Pogba, nampaknya menjadi olok-olok di dunia maya. Ada di mana sebenarnya Pogba yang beberapa bulan lalu mengangkat Piala Dunia?
Entah apa yang menyerang Pogba di laga kemarin. Begitu mudahnya pergerakan pemain Prancis ini ditutup oleh para pemain Soton. Hal ini memaksa salah satu dari Matic maupun McTominay naik membantu serangan sekaligus meringankan kerja Pogba. Bahkan jumlah umpan dari McTominay jauh lebih banyak dibanding Pogba.
Nah jika kendala-kendala di atas tak segera menemui titik solusinya, kalah dari Arsenal di laga dini hari nanti bisa jadi keniscayaan. Kalau sudah begitu, bermimpi jadi juara Liga Primer Inggris sudah pasti hanya angan-angan.