chatwithamelia.xyz - Prancis untuk kedua kalinya memiliki peluang untuk merengkuh kampium Piala Dunia, mengulang sukses yang pernah mereka raih pada 1998 silam. Kemenangan 1-0 atas Belgia di babak semifinal Piala Dunia 2018 lalu menjadi modal kuat bagi skuat Les Bleus untuk menggapai mimpi itu terwujud lagi jika mampu mengalahkan Kroasia di partai final nanti malam.
Di balik kesuksesan Prancis yang tampil superior sepanjang gelaran Piala Dunia 2018, terselip nama seorang remaja yang performanya tengah melesat bagai kilat. Sungguh memukau. Dia adalah Kylian Mbappe.
Torehan tiga gol serta aksi menawannya di atas panggung lapangan hijau dengan jelas telah membuat mata dunia berdecak kagum kepada penyerang Paris Saint Germain itu.
Baca Juga: Pemain Ini Berjanji Akan Mentato Dahinya Jika Kroasia Juara
Tak sampai di situ. Di luar lapangan, Mbappe juga dikenal sebagai sosok yang dermawan. Hampir seluruh gajinya di pentas Piala Dunia 2018 disumbangkan kepada sebuah Yayasan Preires de Cordes, sebuah badan amal yang mengatur kegiatan olah raga untuk anak-anak penyandang cacat.
Ia pun dielu-elukan bak pahlawan oleh para fan Prancis termasuk di tempatnya berasal. Di kawasan Bondy yang terletak di pinggiran Prancis, nama Mbappe setara sakralnya dengan Emmanuel Macron yang tak lain merupakan Presiden Prancis.
Ya, di sudut gedung gedung tinggi berwarna abu-abu, anak-anak yang bergelut dengan kemiskinan dengan bangga mengenakan jersey Timnas Prancis dengan memekikkan nama sang idola, Kylian Mbappe.
Baca Juga: Miliki Taktik Serupa Kroasia, Prancis Punya Keunggulan Stamina
"Kylian Mbappé untuk presiden," teriak seorang anak berusia 10 tahun dengan menenteng sebuah bola seperti dikutip dari The Guardian.
Mbappe sendiri menuruni darah sepak bola dan jiwa dermawan dari sang ayah. Ayahnya, Wilfried, yang memiliki akar Kamerun, adalah pemain sepak bola lokal dan pelatih yang dihormati di Bondy. Sedangkan ibunya, Fayza merupakan wanita berdarah Aljazair yang merupakan pemain bola tangan profesional.
"Wilfried Mbappe adalah pelatih dan seorang pekerja muda saat saya tumbuh dewasa, dia selalu memberikan segalanya untuk masyarakat; jika itu bukan untuknya, saya mungkin tidak berada di tempat saya hari ini," kata Hakim Ziane, seorang guru dan pekerja muda yang dekat dengan keluarga Mbappe.
Baca Juga: Prediksi Partai Puncak Prancis vs Kroasia, Laga Penghabisan
Mbappe seperti halnya sebagian pemain Timnas Prancis, yakni N', Kante dan Paul Pogba, besar dan tumbuh di lingkungan yang jauh dari mapan di pinggiran kawasan ibukota Prancis.
Tak hanya serba kekurangan, Mbappe dan sebagian pemain Timnas Prancis yang berakar dari keturunan imigran, tumbuh dalam lingkungan yang keras. Di mana krisis identitas masih menjadi isu sentral di tanah tempat bermulanya konsep demokrasi itu.
Kerusuhan sipil yang terjadi pada 2005 di pinggiran kota Paris menjadi letupan letupan api kecil yang kemudian meranggas hingga memicu terjadinya apartheid gaya baru yang hingga kini masih terngiang di negeri Raja Louis tersebut.
Baca Juga: Video - Inggris Kalah, Fan Lempar Wartawan dengan Segelas Bir
Tetapi, Mbappe kini tampaknya muncul sebagai antidot. Ia dipuji laiknya pahlawan nasional di tengah degradasi moral dan diskriminasi yang secara senyap masih menghantui.
Kehadirannya di tengah hati para fan Prancis di pentas Piala Dunia 2018 seolah mewakili sebuah penghormatan terhadap keberagaman. Munculnya nama Mbappe sebagai idola baru dipandang sebagai cerminan dari pergeseran cara pandang orang Prancis dan setidaknya menjadi sebuah langkah untuk menjembatani kesenjangan antara ibukota dan kawasan pinggiran.
Walikota Bondy, Sylvine Thomassin, memuji fakta bahwa perjuangan Timnas Prancis, khususnya Kylian Mbappe telah membawa "citra yang baik". Mereka telah menyatukan rakyat Prancis di tengah keberagaman.
Di klub remaja Bondy, jelang perhelatan partai final Piala Dunia 2018, anak-anak muda sedang mempersiapkan spanduk merah, putih dan biru untuk mendukung tim kesayangannya dari jauh.
"Piala Dunia telah membawa perasaan positif di sini, itu ajaib," kata Kamelia (15), yang memainkan sepakbola wanita di AS Bondy, klub lokal kecil tempat Mbappe berlatih sewaktu kecil.
"Ada perasaan solidaritas yang nyata. Seluruh keluarga akan berkumpul untuk menyaksikan pertandingan," tambahnya.
Ayoub (16), pemain lokal muda lainnya, ingat Mbappé saat masih kecil.
"Dia selalu di luar sana melakukan latihan ekstra. Dia adalah maskot kita. Ia membuktikan bahwa, jika Anda bekerja cukup keras, semuanya mungkin," ujarnya.
Sementara itu di pusat kota sebuah spanduk besar tergantung di atap balai kota yang bertuliskan: "Terima kasih, Kylian."
Malam ini, Mbappe dkk bakal menghadapi ujian akhir. Di partai final Piala Dunia 2018, skuat ayam jantan akan menghadapi tim tangguh Kroasia. Meski mereka telah didapuk sebagai pahlawan Prancis, tetapi merebut kampium Piala Dunia untuk kedua kalinya bakal menjadi ukiran sejarah yang melekat di pundak mereka selamanya.