chatwithamelia.xyz - Di balik kekalahan menyakitkan Timnas Inggris dari Timnas Italia, ada sebuah momen bahagia yang dirasakan Luke Shaw kala menjadi pembuka gol di final Euro 2020.
Luke Shaw berhasil mencetak gol pertama di partai puncak Euro 2020 hanya dalam waktu dua menit saja sejak pertandingan dimulai. yang ia cetak tersebut tak lepas dari usahanya sendiri.
Dengan catatan waktu itu, Shaw melampaui rekor gol tercepat laga final Euro yang sebelumnya dipegang oleh Chus Pereda untuk Spanyol, yakni pada menit keenam dalam partai puncak Euro 1964 kontra Uni Soviet.
Baca Juga: 7 Potret Kamar Adiba Khanza, Si Cantik yang Pernah Digosipkan dengan Egy
Pemain berusia 26 tahun ini menjadi pembuka serangan gol pertama Inggris melalui aksinya dari lini pertahanan sebelum memberikan bola ke tengah.
Bola pun lalu diteruskan ke sisi kanan serangan, yakni ke kaki Kieran Trippier. Shaw lantas berlari ke depan dan menyambut umpan silang rekannya tersebut dengan sepakan first time.
Bola hasil sepakan Luke Shaw dengan deras masuk ke gawang Gianluigi Donnarumma sekaligus memberi asa bagi Inggris untuk memenangkan Euro 2020.
Baca Juga: Dinar Candy Murka, Bagian Sensitifnya Dipegang-pegang Pria Tak Dikenal
Shaw juga memberi suntikan semangat ke rekan-rekannya yang tampil ngotot di babak pertama. Hanya saja, di babak kedua, golnya tersebut tak menjadi berarti setelah Leonardo Bonucci menyamakan kedudukan memanfaatkan kemelut di depan gawang.
Hasil imbang 1-1 di waktu normal, membuat laga dimainkan hingga babak perpanjangan waktu yang berlanjut ke babak adu penalti.
Di babak ini, Inggris harus menelan pil pahit setelah tiga penendangnya gagal mengeksekusi penalti. Sebaliknya, tiga penendang Italia berhasil menuntaskan tugasnya.
Baca Juga: Pengakuan Nadia Christina, Alami KDRT dari Alfath Fathier Berkali-kali
Kepedihan dirasakan seluruh komponen Inggris, termasuk Luke Shaw. Mimpi besarnya untuk memberikan trofi ke Inggris ternyata hanya bertahan selama 65 menit laga saja.
Menyebut Luke Shaw memimpikan gelar untuk Inggris bukanlah tanpa sebab. Ia menjadi satu-satunya penampil terbaik The Three Lions di Euro 2020 ini.
Baca Juga: Bos Persikota Akui Pernah Naksir Dian Sastro, Begini Kisahnya
Satu gol dan dua assist telah ia cetak sepanjang Euro 2020. Meski demikian, raihan ini nyatanya tak cukup membawa negara yang ia cintai memenangkan gelar.
Luke Shaw, lahir di Kingston Upon Thame, London Selatan, tepat pada 26 tahun silam yakni 12 Juli 1995. Sebagai anak yang lahir di ibu kota Inggris dan besar di lingkungan sepak bola, ia pun memiliki mimpi besar untuk menjadi pemain ternama.
Karier pertama Luke Shaw sendiri dimulai dari London, bersama tim pengembangan Chelsea. Sayang, ia tak ditawari masuk ke akademi dan memilih hijrah ke Southampton.
Dari Southampton lah karier Shaw dimulai. Ia bermain di level junior hingga menembus tim utama pada 2012, atau saat usianya baru 16 tahun di ajang Piala FA.
Di tahun yang sama, Shaw menjadi pemain termuda Southampton yang bermain di Liga Inggris pada bulan November. Pesatnya perkembangannya, membuat Arsenal dan Chelsea meminatinya.
Meski demikian, ia bertahan dua tahun sebelum hijrah ke Manchester United, tim yang ia bela saat ini, pada 2014 silam dengan nilai transfer sebesar 30 juta poundsterling.
Jadi Olokan Jose Mourinho hingga Pecahkan Rekor Final Euro
Perjalanan Luke Shaw selama berkarier sendiri tak selamanya berjalan mulus, terutama usai kepindahannya ke Manchester United.
Selama di Old Trafford, ia mendapat beragam ujian seperti cedera hingga kata-kata menyakitkan dari sang pelatih, yakni Jose Mourinho.
Kata-kata menyakitkan itu ia terima kala Mourinho menukangi Man United selama periode 2016 hingga 2018. Pada 2017, pelatih berjuluk The Special One itu mengeluarkan komentar yang membuat kuping Shaw panas.
Saat bulan April 2017, Shaw tampil mengecewakan di kala Manchester United bermain imbang dengan Everton. Hal tersebut membuat Mourinho selaku pelatih naik pitam.
Pasca laga, Mourinho menyindir bahwa Shaw bermain apik karena keputusan Mourinho sendiri, bukan karena kemampuan sang pemain.
“Shaw punya performa yang bagus. Tapi itu tubuhnya (yang bermain) dengan otakku,” tutur Mourinho dikutip dari laman Planet Football.
“Komunikasi itu terjadi karena kami sangat dekat (di lapangan). Saya berpikir (mengambil keputusan) untuknya ketika masuk ke area lawan, kapan harus melebar, kapan harus menekan, saya yang membuat setiap keputusan untuknya saat bermain,” pungkas Mourinho.
Komentar Mourinho ini sendiri adalah sindiran halus bahwa Shaw tak bermain baik dan cenderung buruk di mata sang pelatih.
Kisruh tersebut pun berlanjut hingga Euro 2020 di mana Mourinho kembali menyindir Shaw yang tampil bersama Inggris. Hal ini membuat sang pemain jengah, begitu pula legenda Manchester United Rio Ferdinand.
Meski disindir oleh Mourinho, nyatanya Shaw tetap tampil konsisten bersama Inggris. Puncaknya terjadi saat ia mencetak gol tercepat sepanjang sejarah final Euro saat melawan Italia.
Hebatnya lagi, gol tersebut adalah gol pertamanya bagi Inggris usai tampil sebanyak 16 kali sejak tahun 2014 silam.
Memang benar, untuk menutup mulut seseorang, perlu pembuktian lewat tindakan. Luke Shaw pun menjadi contoh anyar bagaimana ia menerapkan prinsip: ‘Anjing menggonggong, kafilah tetap berlalu’.