chatwithamelia.xyz - Situasi pandemi Covid-19 membuat Barcelona terjebak masalah finansial. Pada akhir musim 2020/2021, Blaugrana mencatatkan kerugian yang besar.
Bahkan, laporan keuangan Barcelona menunjukkan bahwa mereka mengalami kerugian sebesar 481 juta euro. Angka ini setara dengan Rp 7,9 triliun.
Chief Executive Officer (CEO) Barcelona, Ferran Reverter, menyebut bahwa Presiden klub yang sebelumnya, yakni Josep Maria Bartomeu, menjadi salah satu penyebab kebangkrutan ini.
Baca Juga: Kronologi dan Kontroversi Akusisi Newcastle United oleh Crazy Rich Saudi
Menurut Reverter, Bartomeu menjalankan pengelolaan klub Barcelona dengan cara-cara yang kacau. Hal ini tak sesuai dengan tata kelola klub profesional yang baik.
Kabarnya, jajaran direksi Barcelona justru membeli pemain-pemain yang sebetulnya tak mampu mereka beli. Bahkan, mereka juga dibayar dengan gaji selangit.
Saat mengambil alih pucuk pimpinan tertinggi, Reverter mendapati bahwa situasi keuangan klub sudah mengalami pailit.
Baca Juga: Fanny Ghassani Bagikan Video Angkat Barbel, Pesonanya Bikin Netizen Salfok
“Ketika kami datang pada Maret lalu, sebetulnya secara teknis klub ini sudah mengalami kebangkrutan,” kata Reverter, dilansir dari Sky Sports.
“Apabila diperlakukan sebagai badan usaha yang berbentuk perseroan terbatas terbuka, pasti klub ini sudah dibubarkan,” ia melanjutkan.
Meskipun mengalami kebangkrutan, Barcelona tetap tak bisa diakuisisi oleh investor baru seperti klub-klub sepak bola lainnya.
Baca Juga: Fakta Jamie Carragher, Bek Legendaris Liverpool yang Tak Pernah Minum Kopi
Pasalnya, kepemilikan Barcelona bukan berada di bawah perseorangan. Seperti Glazer di Manchester United, atau Sheikh Mansour di Manchester City.
Barcelona dimiliki oleh club members of FC Barcelona. Pemilik-pemilik ini disebut sebagai socio. Setiap socio memiliki hak suara untuk menentukan keputusan klub.
Salah satu hak suara yang dimiliki socio ialah memilih Presiden klub melalui proses pemungutan suara.
Baca Juga: Momen Kiper Timnas Inggris Beri Assist Via Lemparan Maut ke Jack Grealish
Oleh karena itu, seorang Presiden klub yang tak dianggap kompeten dalam mengelola klub bisa digulingkan melalui proses referendum.
Proses inilah yang menyebabkan Bartomeu terdepak dari kursi Presiden Klub Barcelona pada tahun lalu.
Sistem semacam ini membuat Barcelona terjaga dari konsep monopoli kepemilikan, seperti klub-klub papan atas Eropa lainnya. Sebab, Barcelona dimiliki secara kolektif oleh socio-socio-nya.
Oleh karena itu, Barcelona tak bisa begitu saja dibeli oleh investor baru seperti yang terjadi pada Paris Saint-Germain dan Newcastle United.