chatwithamelia.xyz - ’Buah tak jatuh jauh dari pohonnya’, peribahasa itu menggambarkan bagaimana sikap anak tak berbeda dengan orang tuanya. Namun hal ini tak berlaku untuk Isaac, anak dari legenda Chelsea, Didier Drogba.
Bagi pendukung Chelsea atau penikmat Premier League, tentu tak asing dengan nama Didier Drogba. Penyerang asal Pantai Gading ini merupakan salah satu bomber terbaik pada eranya.
Selain terkenal dengan ketajamannya, Drogba dikenal sebagai pemain yang tak kenal lelah dan terus bertarung di lapangan, serta diberkahi skill olah bola yang menawan.
Baca Juga: 3 Klub Liga 1 yang Paling Agresif di Bursa Transfer, Boyong Nama-nama Lokal Top
Permainan agresif Drogba itu menjadi cerminan dari perjalanan hidupnya yang penuh perjuangan dan lika-liku sejak kecil.
Semasa kecil, Drogba tumbuh dengan kondisi yang memprihatinkan dan dibayangi kelaparan akibat situasi ekonomi tak menentu di Pantai Gading.
Sampai akhirnya, Drogba kecil dilepas ke Prancis agar bisa menjalani kehidupan yang lebih layak bersama sang paman yang merupakan pesepak bola, Michael Goba.
Baca Juga: Segrup Lagi dengan Timnas Indonesia U-23, Media Vietnam Sombongkan Hasil SEA Games Edisi Lalu
Perjuangan untuk menjadi pesepak bola pun dilalui dengan berat oleh Drogba, di mana ia tak mendapat restu dari orang tuanya yang lebih menginginkannya menjadi akademisi.
Hingga akhirnya, Drogba yang mantan menekuni sepak bola, berhasil menembus kancah profesional dan menjadi salah satu pemain terbaik sepanjang sejarah sepak bola.
Nyatanya, perjuangan Drogba ini tak mampu diikuti oleh sang anak, Isaac yang justru karier sepak bolanya meredup karena kurangnya komitmen dari anaknya tersebut.
Meredup dan Ditendang Klub Kasta Kedua Portugal
Isaac Drogba merupakan putra sulung Didier Drogba yang lahir pada 15 Desember tahun 2000 di Paris, kala sang ayah berseragam Le Mans.
Saat sang ayah berseragam Chelsea selama delapan tahun, Isaac tumbuh di London dan menimba ilmu sepak bola di akademi The Blues.
Setelah menimba ilmu di akademi Chelsea, Isaac kemudian meneruskan kariernya di akademi Guingamp pada 2018.
Namun di tim masa muda Drogba itu, Isaac tak bisa bersaing menembus tim utama dan bahkan harus dilepas pada 2020.
Sejak dirinya dilepas, Isaac kebanyakan membela klub antah berantah. Bahkan, teranyar beredar laporan bahwa dirinya bermain di klub kasta kedua Portugal, Academica de Coimbra.
Hanya saja, laporan Isaac bermain di Portugal dibarengi kabar buruk, di mana dirinya bertindak indisipliner yang membuat pihak klub naik pitam.
Sebelumnya, saat tiba di Coimbra pada 2021 lalu, Isaac dipuji oleh pelatih Academica, Miguel Carvalho yang menyebutnya striker yang cepat dan punya teknik bagus yang tinggal diasah.
Hanya saja pujian itu tak membuat Isaac lantas berusaha keras layaknya sang ayah di masa muda. Malahan, dirinya kini menghilang tanpa kabar.
Isaac sendiri sempat meminta izin untuk berlibur guna berangkat ke Prancis dan menjalani ujian sekolah. Hanya saja, sejak saat itu dirinya tak lagi terlihat batang hidungnya.
“Dia (Isaac) pergi dan kami tak tahu kapan dia akan kembali. Itu sedikit memalukan karena ia pemain berkualitas,” ujar Miguel Carvalho dikutip dari The Sun.
“Kami menyepakati tanggal dirinya kembali dan dia tidak muncul. Kami tak mendengar kabar tentangnya lagi,” lanjutnya.
Tindakan yang dilakukan Isaac ini membuat Miguel Carvalho sedikit menyesal. Sebab, Isaac terbilang beruntung karena bisa berlatih dengan fasilitas dari orang tuanya, Drogba.
Hal ini berbeda dengan anak-anak seusianya yang harus berjuang dari bawah agar bisa mencapai titik kesuksesan di sepak bola.
“Saya bertemu anak yang baik. Perbedaannya hanya dia (Isaac) tak butuh bekerja untuk mendapat uang di level teratas. Saya banyak bertemu pesepak bola dan pemain yang menginginkannya (kesuksesan) adalah pemain yang benar-benar bertarung,” tutur Miguel Carvalho.
(Kontributor: Vikal Pamungkas)