chatwithamelia.xyz - Piala Dunia 2022 Qatar tengah digegerkan dengan ancaman keluarnya tiga negara dari anggota FIFA akibat larangan mengenakan ban kapten One Love yang merupakan simbol LGBT. Lantas siapa yang pertama kali mencetuskan ban kapten tersebut?
Pelarangan ini membuat sejumlah negara meradang, apalagi setelah FIFA mengancam memberikan sanksi kepada mereka yang ngotot ingin pakai ban kapten pelangi. Alhasil Denmark, Jerman, dan Inggris yang mengancam cabut dari FIFA.
Pencetus Ban Kapten One Love
Baca Juga: 5 Klub yang Kemungkinan Jadi Pelabuhan Baru Cristiano Ronaldo usai Tinggalkan Manchester United
Belanda adalah inisiator kampanye untuk memakai ban kapten One Love dalam sepak bola. Asosiasi Sepak Bola Belanda, Koninklijke Nederlandse Voetbalbond (KNVB) memulai kampanye itu tahun 2020.
Dikutip dari TIME, tujuannya untuk menyatakan dukungan mereka dalam persatuan semua orang dan mengutuk segala bentuk diskriminasi.
Kemudian September 2022, sembilan negara lain, termasuk Norwegia, Swedia, dan Prancis turut dalam kampanye tersebut.
Baca Juga: Dianggap Ejek Pemain Jepang, Antonio Rudiger Ternyata Memang Suka Berlari Nyeleneh
Kapten timnas negara-negara tersebut bakal memakai ban kapten One Love ketika bermain di berbagai pertandingan. Termasuk Piala Dunia Qatar dan UEFA Nations League tahun depan.
Ban kapten One Love ini berwarna pelangi. Bertuliskan "OneLove" di atasnya dan ada nomor satu di dalam gambar hati.
Memang simbol di ban kapten One Love tidak disebutkan secara langsung membela kaum LGBTQ. Namun bendera pelangi adalah simbol hak LGBT yang diakui secara global.
Baca Juga: Optimis, 2 Pemain Timnas Indonesia Incar Juara Piala AFF 2022
“Ini adalah pesan penting yang sesuai dengan permainan sepak bola, di lapangan semua orang setara dan ini harus terjadi di setiap tempat di masyarakat. Dengan band OneLove kami menyampaikan pesan ini,” ujar Kapten timnas Belanda, Virgil van Dijk.
Perkembangan One Love
Menurut KNVB, One Love telah berkembang dari hanya sebuah kampanye menjadi sebuah program profesional yang berfokus menawarkan pelatihan tentang keragaman kepada klub-klub akar rumput.
Baca Juga: Prediksi Uruguay vs Korea Selatan di Piala Dunia 2022: Menanti Gebrakan Taeguk Warriors
Kampanye One Love ini awalnya dipasang di papan iklan stadion sepak bola ketika timnas Belanda main.
Logo One Love juga dikenakan pada jersey pertandingan Final Piala di Belanda yang dimainkan oleh Ajax dan PSV. Selanjutnya, OneLove muncul dalam iklan di surat kabar dan video.
Kekinian, One Love juga berkembang menjadi platform online. One Love adalah bagian dari Ons Voetbal is van Iedereen (yang diterjemahkan sebagai Sepak bola kita milik semua orang), sebuah strategi bersama untuk melawan rasisme dalam sepak bola.
Pihak di belakang One Love adalah Persatuan Sepak Bola Belanda dan pemerintah Belanda serta perwakilan dari dua liga nasional pria Eredivisie CV dan Keuken Kampioen Divisie serta perwakilan liga nasional wanita Azerion Vrouwen Eredivisie.
Program tersebut berisi dua puluh bagian dan berfokus pada empat aset utama: kesadaran, identifikasi, sanksi, dan kerja sama.
Larangan Ban Kapten One Love
Ban kapten One Love dilarang dalam gelaran Piala Dunia Qatar 2022. Alasannya, tuan rumah Qatar sejak awal tidak mendukung dan melarang segala bentuk kampanye terhadap kaum LGBTQ.
Hal ini sesuai dengan hukum yang diterapkan di negara mereka sejak lama.
Duta besar Piala Dunia 2022, Khalid Salman sempat mengeluarkan pernyataan sebenarnya Qatar tidak akan menutup pintu untuk suporter yang memiliki orientasi homoseksual atau LGBT.
Namun mereka hanya meminta suporter itu menghargai budaya yang berlaku di Qatar bahwa LGBT merupakan perbuatan yang dilarang secara hukum. FIFA pun mendukung kebijakan ini.
FIFA bahkan memberi ancaman sanksi kepada timnas yang tetap memakai ban kapten pelangi. Meskipun sanksinya tidak dijelaskan.
Seperti itulah cikal bakal dan siapa pencetus ban kapten One Love yang bikin geger Piala Dunia 2022 di Qatar.
(Suara.com/Rifan Aditya)