chatwithamelia.xyz - Mantan kiper Timnas Indonesia, Ferry Rotinsulu turut menjadi korban gempa berkekuatan 7,4 skala richter yang terjadi di Palu, Sulawesi Tengah yang disusul tsunami di Kabupaten Donggala pada Sabtu (29/9/2018).
Kiper kelahiran Palu, 28 Desember 1982 ini turut menjadi korban gempa Palu yang terjadi sekitar pukul 17:07 WIB. Ia bercerita dirinya sedang mandi sore, beruntung ia dan keluarga bisa menyelamatkan diri, namun rumahnya sudah tak bersisa lagi, beberapa menit setelah gempa aliran listrik langsung padam.
Ferry yang kini berdomisili di Palembang kebetulan sedang berada di Palu setelah baru saja berkabung setelah kepungalan ibunya, 21 September lalu.
Baca Juga: Maradona: Lionel Messi Harus Pensiun dari Timnas Argentina
''Alhamdullilah saya bisa selamat, kalau ingat kejadian semalam, tidak tau lagi, sudah pasrah, (saya) lagi mandi taunya ada gempa dahsyat, saya terkurung di kamar mandi,'' kata Ferry Rotinsulu dilansir dari capture chat whatsapp oleh sehabatnya di akun facebook, Rasyid Irfandi.
Rumah Ferry Rotinsulu sendiri terletak di Desa Panimbone, Kecamatan Labuan, Kabupaten Donggala, Sulawesi Tengah. Hingga saat ini, 3 hari setelah kejadian Ferry meminta bantuan kepada pemerintah dan seluruh masyarakat Indonesia.
Pria yang akrab disapa FR12 ini mengatakan di kampungnya stok makanan sudah habis, mereka kebingungan mencari sumber makanan.
Baca Juga: Dibantai Malaysia, Tajikistan Justru Tampil di Piala Dunia U-17
''Buat para petinggi dimana pun berada, di kampung saya stok makanan sudah habis semuanya, enggak tahu mau makan apa lagi, kami semua mohon bantuan secepatnya,'' kata Ferry Rotinsulu.
Ferry menambahkan, kondisi kampungnya benar-benar lumpuh, mereka kehabisan bahan bakar dan sulit mencari bahan makanan.
''Mau pergi kemana-mana juga semua tidak bisa, bahan bakar premium enggak ada, mau naik motor pun juga gak bisa kemana mana, semua stok premium habis semua,'' jelas Ferry.
Baca Juga: 5 Catatan Penting Jelang Timnas Indonesia U-16 vs Australia U-16
Saat ini pelatih kiper Klub Lampung Sakti ini masih berada di posko pengungsian bersama warga lainnya di Desa Panimbone, Kecamatan Labuan, Kabupaten Donggala.