chatwithamelia.xyz - Praktek kotor pengaturan skor atau match fixing yang tengah menghangat di publik sepakbola tanah air, sejatinya tak hanya terjadi di Indonesia. Sejumlah negara di kawasan Asia terkhusus Asia Tenggara juga tengah dijangkiti penyakit serupa. Tumbuh suburnya praktek tersebut tak lepas dari tingginya perputaran judi sepakbola di kawasan Asia.
Pada salah satu sesi obrolan di talkshow Mata Najwa beberapa waktu lalu terkuak bahwa ada salah satu bandar judi besar yang turut terlibat dalam maraknya praktek match fixing di Indonesia. Mantan runner match fixing Indonesia, Bambang Suryo menyebut badar besar itu bernama Bet 365 yang berpusat di Kamboja. Ia pun menyebut keterlibatan itu membuat praktek busuk itu susah diberangus.
Dalam laporan yang dipublikasikan oleh straitstimes.com diketahui bahwa Asia merupakan pasar potensial bagi perputaran judi bola.
Baca Juga: Pelatih Semen Padang Berharap Pengaturan Skor Segera Berakhir
Kepala Eksekutif, Pusat Internasional untuk Keamanan Olahraga (ICSS), Michael Hershman mengungkapkan bahwa masalah praktek kotor pengaturan skor secara nyata jadi problem global, terutama di kawasan Asia.
''Investigasi ICSS dan laporan media menyoroti bahwa banyak kasus pengaturan pertandingan dapat ditelusuri kembali ke kelompok kejahatan terorganisir terutama di Asia.'' ungkapnya.
Dalam beberapa bulan terakhir, The Straits Times mendapatkan fakta bahwa lebih dari 60 pertandingan sepakbola yang dimainkan sejak 2011 oleh tim-tim di Asia diduga telah dimanipulasi. Mereka termasuk pertandingan yang dimainkan di Asian Games, Asean Football Federation Suzuki Cup, persahabatan internasional dan Kualifikasi Piala Dunia 2018.
Baca Juga: PSSI Wajib Belajar Cara Berangus Match Fixing dari Vietnam
Secara global, dalam laporan yang diterbitkan tahun 2013 oleh The Guardian, yang mewawancarai seorang analis taruhan dari Sportradar, mengatakan dari 30.000 pertandingan yang dipantau lebih dari 250 pertandingan sepakbola terindikasi telah terlibat dalam praktek match fixing atau pengaturan skor setiap tahunnya.
Dari sekian banyak laga, Asia menjadi episentrumnya. Beberapa faktor yang membuat para mafia pengaturan skor menargetkan Asia salah satunya adalah pertumbuhan yang cepat dari taruhan online, terutama di pasar taruhan olahraga.
The Daily Mail melaporkan pada tahun 2015 perputaran uang di bursa taruhan untuk kategori olahraga secara global bernilai hingga US$ 3 triliun atau mencapai Rp 42 kuadriliun. Sementara pakar taruhan Patrick Jay memperkirakan 65 persen dari angka itu dihabiskan untuk taruhan sepakbola dengan pasar Asia menjadi pusatnya.
Baca Juga: Suporter Spurs Ditahan Polisi Gegara Lempar Kulit Pisang