chatwithamelia.xyz - Sejumlah hal fatal yang membuat Timnas U-23 Indonesia batal main di Piala AFF 2022 akan dibahas di artikel ini. Tak berpartisipasinya Garuda Muda bisa dibilang adalah kesalahan dari federasi dan pengelolaan kompetisi Liga 1.
Beberapa pekan belakangan, klaster COVID-19 dari sepak bola meningkat. Sejumlah pemain dan pelatih serta ofisial tim bergantian terpapar corona.
Ini baru dampak nyata. Tetapi, ada sejumlah hal-hal fatal yang membuat Timnas U-23 gagal berangkat. Simak ulasan Bolatimes berikut ini:
Baca Juga: 5 Dampak Positif di Balik Mundurnya Indonesia dari Piala AFF U-23 2022
1. Hasil PCR Liga 1 Tidak Konsisten
Hasil PCR yang diselenggarakan oleh PT LIB selaku operator kompetisi tak konsisten. Sejumlah klub dirugikan karena hasil yang berbeda-beda.
Baru-baru ini, Persela dirugikan dengan hasil tes berbeda. PT LIB mengumumkan 11 pemain dan ofisial Persela positif COVID-19. Padahal, sehari sebelumnya, beberapa di antara pemain Laskar Joko Tingkir tersebut negatif.
Baca Juga: Timnas Indonesia U-23 Batal Ikut Piala AFF, Ronaldo Kwateh Tulis Pesan Haru
Hal senada juga dialami Persebaya saat akan jumpa Persipura. Lima pemain pilar mereka mesti didakwa positif COVID-19 dari hasil tes PCR PT LIB.
Padahal, via tes mandiri yang dilakukan Persebaya, pemain-pemain mereka negatif. Alhasil, Bajul Ijo yang dirugikan kalah 0-2.
2. Ngotot TC di Bali
Baca Juga: 3 Pemain Timnas Indonesia U-23 yang Cedera hingga Mundur dari Piala AFF
Guna mempersingkat waktu, PSSI memilih agar para pemain Timnas U-23 TC di Bali. Sebab, pada seri 4 Liga 1, peserta kompetisi menjalani pertandingan di Bali.
Sialnya, pilihan tersebut salah. Sebab, jelang persiapan saja, para pemain sudah banyak yang terpapar COVID-19. Andai saja ini bisa diantisipasi, bisa saja Timnas U-23 berangkat.
3. Sistem Bubble Tak Ketat Pemain Bisa Liburan
Baca Juga: Tijjani Reijnders, Pemain AZ Alkamaar Incaran Naturalisasi Timnas Indonesia
Gelaran kompetisi Liga 1 di Bali menggunakan sistem bubble yang tak ketat. Ini berdampak pada longgarnya aturan seperti diperbolehkannya para pemain untuk beraktivitas di luar lapangan.
Sejumlah fakta didapat saat para keluarga pemain datang berlibur ke Bali. Mereka juga longgar dalam aturan penerapan protokol kesehatan.