chatwithamelia.xyz - Bicara tentang sosok vital di balik performa Manchester City nan ciamik tak bisa dimungkiri nama Kevin de Bruyne merupakan yang punya andil besar. Siapa kira di balik gemerlap kariernya, pemain asal Belgia ini memiliki kisah masa lalu nan kelam yang menguras air mata.
Manchester City harus kembali menegakkan kepala usai tersingkir dari Liga Champions, lantaran di akhir pekan nanti, Sabtu (20/4/2019) mereka akan kembali menghadapi Tottenham Hotspur.
Gelandang andalan The Citizens, Kevin de Bruyne pun bertekad bakal memberi kemenangan untuk timnya. Seperti dikutip dari Goal, de Bruyne mengaku bakal bekerja keras membantu Manchester City meraih kemenangan demi kemenangan, termasuk jelang menghadapi kembali Tottenham Hotspur demi merebut trofi sebanyak-banyaknya termasuk Liga Primer Inggris yang ada di depan mata.
Baca Juga: Unai Emery Merasa Bangga Dua Kali Kandaskan Napoli
"Jika kami tak memenangkan Liga Inggris orang akan mengatakan kami gagal. Kami harus memenangkan tiap pertandingan untuk memenuhi ambisi meraih gelar dan kami hanya bisa mengendalikan apa yang kami lakukan," terangnya.
Yap, sosok de Bruyne memang merupakan gelandang andalan nan vital bagi Manchester City. Sejak didatangkan empat tahun lalu, perannya nyaris tak tergantikan.
Musim lalu sebelum cedera menderanya, performa de Bruyne bisa dibilang makin ciamik. Dari statistik yang dirilis Squawka, de Bruyne melakukan 1.362 umpan tepat sasaran dari 1.639 upaya yang artinya akurasi umpannya berada di angka 83 persen.
Baca Juga: Juventus Dipermalukan Ajax, Busquets: Itu Bukan Kejutan
Tak hanya itu de Bruyne juga punya kemampuan bertahan yang lumayan. Ia melakukan 88 kali tekel atau keberhasilannya sekitar 36 persen.
Sementara untuk urusan cetak gol, de Bruyne musim lalu mengoleksi enam gol atau rata-rata 0,27 gol setiap 90 menit.
Namun di balik penampilannya yang moncer itu ternyata de Bruyne memiliki kisah hidup yang berbanding terbalik dahulu. Hal itu seperti yang diungkapnya lewat theplayerstribune.com.
Baca Juga: Alasan Pelatih Napoli usai Dua Kali Dipermalukan Arsenal
Terungkap bahwa de Bruyne kecil merupakan sosok nan pemalu dan pendiam. Ia bahkan tak punya banyak teman dekat. Satu-satunnya cara untuk mengekspresikan diri hanya lewat sepak bola.
"Saya bahkan tak punya PlayStation juga teman dekat yang banyak. Satu-satunya yang bisa mengekspresikan saya hanya sepak bola. di luar lapangan saya tertutup," katanya membuka cerita.
Sikapnya yang berbeda itu membuatnya sempat mengalami masalah baik di dalam keluarga maupun di lingkungan sekitarnya. De Bruyne membeberkan sempat terusir dari rumah hingga dipadang sebelah mata oleh teman-teman di akademi sepak bola yang diikutinya di Genk.
Baca Juga: Ganda Nomor Satu Dunia Asal Indonesia Ini Bidik Dua Target Besar Tahun Ini
"Saya sempat lari dari rumah untuk mengejar impian bermain sepak bola. Saya tinggal di sebuah kamar kos yang kecil. Saat itu usia saya sekitar 14 tahun," ceritanya.
"Namun beberapa waktu kemudian, saya berusaha kembali ke rumah untuk memperbaiki hubungan dengan keluarga, tapi mereka sepertinya tak menginginkan saya kembali karena sikap saya yang sulit dimengerti saat itu," ujarnya.
"Itu adalah masa yang sulit, ditambah saya juga harus menghadapi tekanan serupa di akademi tempat saya belajar sepak bola. Namun di sisi lain itu juga mengubah cara pandang saya di kemudian hari," tambahnya.
Tak hanya bercerita tentang masa kecilnya yang kurang baik, dalam kisahnya itu de Bruyne juga mengungkapkan hubungannya yang tak harmonis bersama Jose Mourinho ketika di Chelsea.
"Saat saya masih di Chelsea ada banyak kabar di media massa mengenai hubungan saya dengan Jose Mourinho. Tapi sebenarnya adalah saya baru berbincang dengannya dua kali. Rencananya bagi saya untuk sebentar dipinjamkan," tukasnya.
Puncak karier de Bruyne datang ketika ia diboyong Manchester City pada 2015 silam. Terhitung empat gelar juara turut dipersembahkan untuk Manchester Biru.