chatwithamelia.xyz - Mantan petinju kelas berat dunia, Mike Tyson memang diketahui memiliki perusahaan ganja yang memproduksi produk-produk berbahan tanaman tersebut secara legal.
Namun bagaimana jika Mike Tyson mengeluarkan produk yang cukup menarik minat masyarakat untuk membelinya, hal ini berkaitan dengan pengalaman menggigit telinga sang lawan.
Ya benar, Mike Tyson pernah melakukan aksi kontroversial dalam sebuah pertarungan melawan Evander Holyfield pada 28 Juni 1997.
Baca Juga: Kompak, Messi dan Ronaldo Gagal Lolos dari 16 Besar Liga Champions Dua Musim Beruntun
Kala itu petinju berjuluk Si Leher Beton ini melakoni laga kedua duel melawan Evander Holyfield dalam perebutan gelar juara dunia kelas berar WBA.
Bertempat di MGM Grand, Las Vegas, Amerika Serikat, pertandingan yang sejatinya direncanakan berlangsung selama 12 ronde justru hanya bertahan selama tiga ronde.
Penyebabnya aksi kontroversial Tyson, ia dinyatakan kalah diskualifikasi setelah menggigit telinga Holyfield pada menit ke-3 ronde ketiga pertarungan.
Baca Juga: Viral Kai Havertz Jadi-jadian Bikin Video 'Info Maszeh', Begini Komentar Kocak Netizen
Saking kontroversialnya, momen itu menjadi salah satu kejadian yang terkenal dan dikenang penggemar tinju seluruh duia.
Hingga saat ini dan tak disangka, Tyson malah memanfaatkan hal itu untuk meraup keuntungan lewat produksi ganja berbentuk telinga.
Baca Juga: Link Live Streaming Bhayangkara FC vs Persipura Jayapura, Kick Off 15.15 WIB
Dilansir dari Daily Star pada Selasa (15/3/2022) Tyson mempromosikan produk permen ganja berbentuk telinga yang diberi nama 'Mike Bites'.
Jika dilihat dari bentuknya, permen tersebut memang sangat terlihat mirip dengan telinga, ditambah warna cokelat dari permen itu menambah kesan sungguhan semakin hidup.
Bisa jadi Tyson menjual produk permen berbentuk telinga ini untuk membalikkan modal yang digunakan untuk membayar denda usai ia menggigit telinga Holyfield.
Baca Juga: Jadwal Liga Champions Malam Ini: Lille vs Chelsea, Juventus vs Villarreal
Kala itu ia harus membayar denda sebanyak 2,3 juta pounds atau sekitar Rp42,9 miliar dan mendapat hukuman skors selama lebih dari satu tahun larangan pertandingan.
(Kontributor: Eko Isdiyanto)